Jumat, 03 Februari 2012

Airmata Putri

Diposting oleh Adelina Sanusi di 02.26
Airmata Putri

Heningnya malam memaksa aku untuk bergelimang air mata, malam ini aku merasa sangat sangat sedih. Di hadapan jendela kamarku, tepatnya  dihadapan rintik air hujan aku mencurahkan batinku yang terlalu menyesakkan dada ini. Seakan air hujan ini mewakili air mata ku yang kering dan tak bisa menangis karena komitmenku yang tidak boleh menangis sejak wafatnya mama beberapa tahun lalu saat aku baru beranjak kuliah tingkat 2.
Andaikan hatiku bisa dilihat, aku yakin orang yang melihat hatiku ini pasti akan menangis iba kepadaku. Malam ini sungguh aku ingin mama ada disamping aku, menemani tidur aku, sungguh aku ingin mama ada disini. “ Mama. Putri kangen sama mama, maafkan putri selama ini, putri sayang sama mama” bisikku dalam hati. Kucoba menepis fikiran itu, lalu aku segera beranjak ke kamar mandi. Air wudhu yang sudah membasahiku, menemani aku dalam sujudku, lalu ku ambil ayat suci itu, dan dengan suara yang penuh keluh kesahku itu sambil mengumandangkan Al-quran, air mataku menetes deras teringat dikala tengah malam, mama sering membangunkanku untuk tahajud, sungguh kerinduanku memuncak.
 Setelah itu kutadahkan kedua tanganku, “ Tuhan, dulu mama selalu menemani tahajudku, aku ingin sekali mencium telapak kaki mama, tapi apa dayaku Tuhan, Engkau telah mengambil ia dari pelukanku. Tuhan, sampaikan selalu doaku untuknya, Amin “. Sejenak airmata ini terhenti dan aku mulia merasa lega dan tenang, lalu aku bergegas tidur karena besok aku harus bersiap- siap untuk acara wisudaku.
Fajar subuh akhirnya membangunkanku, aku segera melakukan aktivitas dah keperluan yang sudah ku siapkan sebelumnya. Aku dengan kebaya merah pemberian mama yang dibaluti manic- manic indah sudah siap untuk menghantarkan aku untuk menghadiri acara wisudaku yang digelar di salah satu gedung serbaguna di daerah Jakarta. Ayah setia mendampingi aku, ayah juga yang menjadi sesosok mama saat ini buat aku.
Tepat pukul 06.00 WIB aku dan ayah berangkat menuju acara itu, dan ditengah perjalanan ayah sempat menghibur aku yang saat itu murung diri. “ anak ayah cantik sekali, apalagi kalau sambil tersenyum”, aku heran dan sedikit tersipu malu “ ayah bisa aja deh “, jawabku.
“ Put, kamu itu mirip sekali sama almarhumah mama kamu saat beliau masih seusia kamu, dan kebaya itu mengingatkan ayah pada hari pernikahan ayah dan mama, kebaya itu menemani mama saat acara resepsi pernikahan kami dulu”, ujarnya.
“ ayah kangen yah sama mama ?? “, tanyaku… lalu ayah hanya terdiam dan aku melihat dimatanya ada segumpal air mata yang tertahan dengan jelas.
Dengan nada bercanda aku mencoba untuk menghibur ayah yang sejak tadi dia yang selalu menghibur aku, “ ayah, ajak aku nonton dong. Aku belum pernah lokh nonton bareng sama ayah, ada film terbaru yah, judulnya Kecebur dalam sumur, nonton yuk ??,” akhirnya aku berhasil membuat ayah tertawa,
“ masa sih put judulnya kecebur dalam sumur ?? hahahahaha, ya udah nanti kita nonton film itu. Sekarang kamu siap- siap dulu, rapihkan makeupnya tuh blash on kamu kurang tebal, ayah jamin pasti kamu yang paling cantik di acara itu” candanya … “  iya dong siapa dulu, anak ayah sama mama , hehehe “. Aku anak tunggal dari pasangan ayah dan mama, aku dibesarkan dengan penuh perhatian dan kasih sayang. Ayah dan mama selalu memberi apa yang aku mau, kasih sayang mereka terlimpahkan kepadaku.
Akhrinya tepat pukul 07.00 WIB kami sampai di acara wisuda itu, memakan waktu 1 jam untuk sampai disini. Aku dan ayah segera mengisi absen yang tepat berada di ruang penerima tamu. Setelah itu kita mencari tempat duduk yang sudah ditentukan sebelumnya oleh pihak fakultas. Aku merasa deg- degan sekaligus bahagia karena sebentar lagi aku dapat menyelesaikan S1 aku, aku tidak perlu membebani ayah lagi yang sejak kecil membiayai pendidikan aku.
Rencananya selesai kuliah aku mau bekerja disalah satu perusahaan milik paman aku, aku ingin membahagiakan ayah yang selalu kesepian hari- harinya sejak mama wafat. Setelah beberapa saat kami semua menunggu akhirnya acarapun dimulai tepat pukul 08.00 WIB. Acara demi acarapun telah disebutkan oleh MC dari mulai pembacaan ayat suci al-quran,sambutan- sambutan dan  lain sebagainya. Sementara itu aku mulai melihat teman- temanku didampingi orang tuanya lengkap, itu membuat aku ngedown dan inget sama mama.
 Jelas aku merasa kehilangan  dan masih sedikit belum bisa menerima kepergian mama karena mama begitu sayang sama aku, banyak hal yang belum aku pelajari dari sosok mama, mama yang selalu sabar sama aku, mama yang selalu tersenyum disaat aku berbuat sedikit kesalahan, sungguh aku tak akan mampu melupakan semua kasih sayang mama.
Saat itu juga serontak ayah mengagetkanku, “ put kamu gak apa- apak kan sayang, nama kamu dipanggil tuh sama MC buat nyanyi beberapa lagu untuk menghibur teman- teman kamu, cepat maju put, ayah pasti bangga sama kamu nak ?,” tanyanya.
“ iya yah, aku sayang ayah dan mama” jawabku sambil mencium tangan ayah, lalu ayahpun repleks mencium kening aku dan saat itulah aku merasa terharu dengan keadaan itu. Tak ada sedikitpun perasaan nearvous saat aku maju ke atas panggung, aku dengan senyumanku mencoba untuk menghibur semua yang ada di acara itu khususnya ayah, walaupun tidak ada yang tahu kalau aku sedang sedih saat itu.
Tanpa  rasa ragu aku bernyanyi dengan perasaan senang, lirik demi liri ku syairkan dan setelah satu lagu aku nyanyikan, aku berbisik kepada pemain keyboard yang mengiringi music yang berada tepat dibelakang aku dan meminta lagu kedua dan aku mencoba mengungkapkan perasaanku “ Lagu kedua ini saya persembahkan untuk ayah saya, semua orang tua mahasiswa yang ada disini khususnya teman- teman mahasiswa saya, mungkin ada sebagian dari kita yang belum pernah merasakan kehilangan seseorang yang kita sayangi, saya merasakan sekali betapa kehilangannya ketika saya kehilangan ibunda yang begitu menyayangi saya, yang rela menghantarkan nyawanya untuk melahirkan saya, memberi asi kepada saya, rela menumpahkan kasih sayang untuk anaknya.”. setelah mengungkapkan musicpun menyambut hangat perasaanku……….

Kubuka album biru, penuh debu dan usang
Kupandangi semua gambar diri, kecil bersih belum ternoda
Fikirku pun melayang, dahulu penuh kasih
Teringat semua cerita orang, tentang riwayatku
Kata mereka diriku selalu dimanja
Kata mereka diriku selalu ditimang
Nada- nada yang indah selalu terurai darinya
Tangisan nakal dari bibirku, tak kan jadi deritanya
Tangan halus dan suci, telah mengangkat tubuh ini
Jiwa raga dan seluruh hidup, rela dia berikan
Kata mereka diriku selalu dimanja
Kata mereka diriku selalu ditimang
Ohhhh bunda ada dan tiada dirimu kan selalu ada di dalam hatiku....

Serentak aku menyanyikan lagu itu, aku melihat dari kejauhan, semua mata berkaca- kaca sambil bertepuk tangan penuh haru, apalagi ayah yang aku lihat meneteskan banyak air mata, sungguh aku tidak tega melihat ayah menangis. Semua yang ada disini hanyut dalam perasaan sedih aku, aku juga tidak menyangka akan hening seperti ini keadaannya.
Mama meninggal saat aku tidak ada disampingnya, saat aku tidak ada dipelukannya karena saat itu aku sedang melaksanakan study banding diluar kota. Sebelum pergi study banding mama melarang aku untuk pergi entah kenapa dan saat itu aku tidak menyadarinya kalau hari itu adalah hari terakhir aku melihat dan mendekap mama, “ nak, kamu yakin mau pergi hari ini ??” Tanya mama dengan lembut dan penuh rasa gelisah. “ iya mah, Cuma 1 minggu aja kok. Boleh ya mah ?”, rayuku ..
“ Sebelum berangkat kamu cuci kaki mama ya ??, mau kan put ?” bujuknya ..
Tanpa ada perasaan aneh dan curiga, aku menuruti permintaan mama, ketika aku mencuci kaki mama, aku lihat mama menangis dan serentak langsung memeluk tubuhku. “ mama kenapa sih ?, aku pergi Cuma 1 minggu mah, jangan buat aku khawatir dong mah ??” Tanya dan cemasku.
“mama punya sesuatu buat kamu,”, sambil membuka kotak persegi yang isinya seperti ada manic- manic indah
“hah ?? ini kan kebaya ?, ini punya siapa mah ?? ”, tanyaku
“iya, mama rasa ini waktu yang tepat untuk memberi kebaya ini buat putri, kebaya ini pernah mama pakai waktu acara resepsi pernikahan ayah dan mama, juga sekaligus saat itu nenek kamu meninggal put, mama sedih kalau lihat kebaya ini. Mama minta kamu simpan kebaya ini dan mama pingin suatu saat kamu pakai kebaya ini, mama pingin lihat kamu yang memakai kebaya ini, alangkah cantiknya anak mama kalau memakai kebaya ini.. ”
Aku langsung memeluk mama, “ mama, makasihh ya, putri sayang mama ”,.
“mama selalu ada didekat kamu put, kamu putri mama satu- satunya, kamu harus mandiri, tegar dan sabar ya nak ?”, ucapnya ..
“iya mah, putri juga sayang mama sama ayah, putri gak mau ngecewain mama sama aayh”, jawabku reflex …
Setelah sungkeman sama mama, akupun berangkat dan mama terus meneteskan airmata, tidak ada yang aneh menurutku waktu itu. aku terus memikirkan mama dalam keberangkatanku,  ada rasa gak tega aku meninggalkan mama, ditengah perjalanan aku terus memikirkan mama, darah yang mengalir ditubuhku ini seperti ingin terhenti mengalir.
 Setelah aku berada 3 hari diluar kota ,  aku mendapat kabar yang sangat mengejutkan dan menyesakkan batin aku, ayah memberi tahu aku kalau mama tiba- tiba sakit dan nyawanya tidak bisa tertolong, sungguh aku merasa menyesal telah meninggalkan mama.
Aku segera pulang dan ketika aku sampai dirumah mama sudah dibalut kain kafan, betapa aku sedih melihat mama kaku tidak berdaya. Yang buat aku tak kuasa menahan air mata adalah ketika mama dimasukan ke liang itu, darahku yang mengalir seakan mengikuti arus kubur. Saat nisan itu ditancapkan aku sudah lemas dan akhirnya tak sadarkan diri pada saat itu, sungguh waktu itu ayah merasa terpukul melihat kepergian istrinya dan juga melihat aku lemah  tak berdaya. Sejak saat itulah aku dan ayah mencoba tegar dan sabar, akan selalu ku ingat pesan mama.
ketika aku turun dari panggung setelah selesai membawakan lagu kedua itu, ayah memeluk aku dengan penuh kasih sayang, ayah bagaikan malaikat buat aku setelah kepergian mama. Setelah acara wisuda selesai akhirnya aku mengajak ayah  pergi ke makam mama dengan busana kebaya yang masih berbalut ditubuhku,
“ Mah, lihat kan aku pakai kebaya mama ??, aku cantik kan seperti mama ??, lihat aku mah, aku memakainya .” bisikku sambil menangis.

“putri, kalau kamu nangis mama pasti sedih melihatnya, senyum ya nak, ayah selalu menjaga kamu”, ucap ayah sambil mendekap aku,. kini aku bahagia karena permintaan mama sudah aku penuhi.       


Adelina Sanusi

0 komentar:

Posting Komentar

 

Sastra remaja Copyright © 2011 Design by Ipietoon Blogger Template | web hosting