Airmata Putri
Heningnya
malam memaksa aku untuk bergelimang air mata, malam ini aku merasa sangat sangat
sedih. Di hadapan jendela kamarku, tepatnya
dihadapan rintik air hujan aku mencurahkan batinku yang terlalu
menyesakkan dada ini. Seakan air hujan ini mewakili air mata ku yang kering dan
tak bisa menangis karena komitmenku yang tidak boleh menangis sejak wafatnya
mama beberapa tahun lalu saat aku baru beranjak kuliah tingkat 2.
Andaikan
hatiku bisa dilihat, aku yakin orang yang melihat hatiku ini pasti akan
menangis iba kepadaku. Malam ini sungguh aku ingin mama ada disamping aku,
menemani tidur aku, sungguh aku ingin mama ada disini. “ Mama. Putri kangen
sama mama, maafkan putri selama ini, putri sayang sama mama” bisikku dalam
hati. Kucoba menepis fikiran itu, lalu aku segera beranjak ke kamar mandi. Air
wudhu yang sudah membasahiku, menemani aku dalam sujudku, lalu ku ambil ayat
suci itu, dan dengan suara yang penuh keluh kesahku itu sambil mengumandangkan
Al-quran, air mataku menetes deras teringat dikala tengah malam, mama sering
membangunkanku untuk tahajud, sungguh kerinduanku memuncak.
Setelah itu kutadahkan kedua tanganku, “
Tuhan, dulu mama selalu menemani tahajudku, aku ingin sekali mencium telapak
kaki mama, tapi apa dayaku Tuhan, Engkau telah mengambil ia dari pelukanku.
Tuhan, sampaikan selalu doaku untuknya, Amin “. Sejenak airmata ini terhenti
dan aku mulia merasa lega dan tenang, lalu aku bergegas tidur karena besok aku
harus bersiap- siap untuk acara wisudaku.
Fajar
subuh akhirnya membangunkanku, aku segera melakukan aktivitas dah keperluan
yang sudah ku siapkan sebelumnya. Aku dengan kebaya merah pemberian mama yang
dibaluti manic- manic indah sudah siap untuk menghantarkan aku untuk menghadiri
acara wisudaku yang digelar di salah satu gedung serbaguna di daerah Jakarta.
Ayah setia mendampingi aku, ayah juga yang menjadi sesosok mama saat ini buat
aku.
Tepat
pukul 06.00 WIB aku dan ayah berangkat menuju acara itu, dan ditengah
perjalanan ayah sempat menghibur aku yang saat itu murung diri. “ anak ayah
cantik sekali, apalagi kalau sambil tersenyum”, aku heran dan sedikit tersipu
malu “ ayah bisa aja deh “, jawabku.
“ Put,
kamu itu mirip sekali sama almarhumah mama kamu saat beliau masih seusia kamu,
dan kebaya itu mengingatkan ayah pada hari pernikahan ayah dan mama, kebaya itu
menemani mama saat acara resepsi pernikahan kami dulu”, ujarnya.
“ ayah
kangen yah sama mama ?? “, tanyaku… lalu ayah hanya terdiam dan aku melihat
dimatanya ada segumpal air mata yang tertahan dengan jelas.
Dengan
nada bercanda aku mencoba untuk menghibur ayah yang sejak tadi dia yang selalu
menghibur aku, “ ayah, ajak aku nonton dong. Aku belum pernah lokh nonton
bareng sama ayah, ada film terbaru yah, judulnya Kecebur dalam sumur, nonton
yuk ??,” akhirnya aku berhasil membuat ayah tertawa,
“ masa
sih put judulnya kecebur dalam sumur ?? hahahahaha, ya udah nanti kita nonton
film itu. Sekarang kamu siap- siap dulu, rapihkan makeupnya tuh blash on kamu
kurang tebal, ayah jamin pasti kamu yang paling cantik di acara itu” candanya …
“ iya dong siapa dulu, anak ayah sama
mama , hehehe “. Aku anak tunggal dari pasangan ayah dan mama, aku dibesarkan
dengan penuh perhatian dan kasih sayang. Ayah dan mama selalu memberi apa yang
aku mau, kasih sayang mereka terlimpahkan kepadaku.
Akhrinya
tepat pukul 07.00 WIB kami sampai di acara wisuda itu, memakan waktu 1 jam
untuk sampai disini. Aku dan ayah segera mengisi absen yang tepat berada di
ruang penerima tamu. Setelah itu kita mencari tempat duduk yang sudah
ditentukan sebelumnya oleh pihak fakultas. Aku merasa deg- degan sekaligus
bahagia karena sebentar lagi aku dapat menyelesaikan S1 aku, aku tidak perlu
membebani ayah lagi yang sejak kecil membiayai pendidikan aku.
Rencananya
selesai kuliah aku mau bekerja disalah satu perusahaan milik paman aku, aku
ingin membahagiakan ayah yang selalu kesepian hari- harinya sejak mama wafat.
Setelah beberapa saat kami semua menunggu akhirnya acarapun dimulai tepat pukul
08.00 WIB. Acara demi acarapun telah disebutkan oleh MC dari mulai pembacaan
ayat suci al-quran,sambutan- sambutan dan
lain sebagainya. Sementara itu aku mulai melihat teman- temanku
didampingi orang tuanya lengkap, itu membuat aku ngedown dan inget sama mama.
Jelas aku merasa kehilangan dan masih sedikit belum bisa menerima
kepergian mama karena mama begitu sayang sama aku, banyak hal yang belum aku
pelajari dari sosok mama, mama yang selalu sabar sama aku, mama yang selalu
tersenyum disaat aku berbuat sedikit kesalahan, sungguh aku tak akan mampu
melupakan semua kasih sayang mama.
Saat itu
juga serontak ayah mengagetkanku, “ put kamu gak apa- apak kan sayang, nama kamu
dipanggil tuh sama MC buat nyanyi beberapa lagu untuk menghibur teman- teman
kamu, cepat maju put, ayah pasti bangga sama kamu nak ?,” tanyanya.
“ iya
yah, aku sayang ayah dan mama” jawabku sambil mencium tangan ayah, lalu ayahpun
repleks mencium kening aku dan saat itulah aku merasa terharu dengan keadaan
itu. Tak ada sedikitpun perasaan nearvous saat aku maju ke atas panggung, aku
dengan senyumanku mencoba untuk menghibur semua yang ada di acara itu khususnya
ayah, walaupun tidak ada yang tahu kalau aku sedang sedih saat itu.
Tanpa rasa ragu aku bernyanyi dengan perasaan
senang, lirik demi liri ku syairkan dan setelah satu lagu aku nyanyikan, aku
berbisik kepada pemain keyboard yang mengiringi music yang berada tepat
dibelakang aku dan meminta lagu kedua dan aku mencoba mengungkapkan perasaanku
“ Lagu kedua ini saya persembahkan untuk ayah saya, semua orang tua mahasiswa
yang ada disini khususnya teman- teman mahasiswa saya, mungkin ada sebagian
dari kita yang belum pernah merasakan kehilangan seseorang yang kita sayangi,
saya merasakan sekali betapa kehilangannya ketika saya kehilangan ibunda yang
begitu menyayangi saya, yang rela menghantarkan nyawanya untuk melahirkan saya,
memberi asi kepada saya, rela menumpahkan kasih sayang untuk anaknya.”. setelah
mengungkapkan musicpun menyambut hangat perasaanku……….
Kubuka album biru, penuh
debu dan usang
Kupandangi semua gambar
diri, kecil bersih belum ternoda
Fikirku pun melayang,
dahulu penuh kasih
Teringat semua cerita
orang, tentang riwayatku
Kata mereka diriku selalu
dimanja
Kata mereka diriku selalu
ditimang
Nada- nada yang indah
selalu terurai darinya
Tangisan nakal dari
bibirku, tak kan jadi deritanya
Tangan halus dan suci,
telah mengangkat tubuh ini
Jiwa raga dan seluruh
hidup, rela dia berikan
Kata mereka diriku selalu
dimanja
Kata mereka diriku selalu
ditimang
Ohhhh bunda ada dan tiada
dirimu kan selalu ada di dalam hatiku....
Serentak
aku menyanyikan lagu itu, aku melihat dari kejauhan, semua mata berkaca- kaca
sambil bertepuk tangan penuh haru, apalagi ayah yang aku lihat meneteskan
banyak air mata, sungguh aku tidak tega melihat ayah menangis. Semua yang ada
disini hanyut dalam perasaan sedih aku, aku juga tidak menyangka akan hening
seperti ini keadaannya.
Mama
meninggal saat aku tidak ada disampingnya, saat aku tidak ada dipelukannya
karena saat itu aku sedang melaksanakan study banding diluar kota. Sebelum
pergi study banding mama melarang aku untuk pergi entah kenapa dan saat itu aku
tidak menyadarinya kalau hari itu adalah hari terakhir aku melihat dan mendekap
mama, “ nak, kamu yakin mau pergi hari ini ??” Tanya mama dengan lembut dan
penuh rasa gelisah. “ iya mah, Cuma 1 minggu aja kok. Boleh ya mah ?”, rayuku
..
“ Sebelum
berangkat kamu cuci kaki mama ya ??, mau kan put ?” bujuknya ..
Tanpa ada
perasaan aneh dan curiga, aku menuruti permintaan mama, ketika aku mencuci kaki
mama, aku lihat mama menangis dan serentak langsung memeluk tubuhku. “ mama
kenapa sih ?, aku pergi Cuma 1 minggu mah, jangan buat aku khawatir dong mah
??” Tanya dan cemasku.
“mama
punya sesuatu buat kamu,”, sambil membuka kotak persegi yang isinya seperti ada
manic- manic indah
“hah ??
ini kan kebaya ?, ini punya siapa mah ?? ”, tanyaku
“iya,
mama rasa ini waktu yang tepat untuk memberi kebaya ini buat putri, kebaya ini
pernah mama pakai waktu acara resepsi pernikahan ayah dan mama, juga sekaligus
saat itu nenek kamu meninggal put, mama sedih kalau lihat kebaya ini. Mama
minta kamu simpan kebaya ini dan mama pingin suatu saat kamu pakai kebaya ini,
mama pingin lihat kamu yang memakai kebaya ini, alangkah cantiknya anak mama
kalau memakai kebaya ini.. ”
Aku
langsung memeluk mama, “ mama, makasihh ya, putri sayang mama ”,.
“mama
selalu ada didekat kamu put, kamu putri mama satu- satunya, kamu harus mandiri,
tegar dan sabar ya nak ?”, ucapnya ..
“iya mah,
putri juga sayang mama sama ayah, putri gak mau ngecewain mama sama aayh”,
jawabku reflex …
Setelah
sungkeman sama mama, akupun berangkat dan mama terus meneteskan airmata, tidak
ada yang aneh menurutku waktu itu. aku terus memikirkan mama dalam
keberangkatanku, ada rasa gak tega aku
meninggalkan mama, ditengah perjalanan aku terus memikirkan mama, darah yang
mengalir ditubuhku ini seperti ingin terhenti mengalir.
Setelah aku berada 3 hari diluar kota , aku mendapat kabar yang sangat mengejutkan
dan menyesakkan batin aku, ayah memberi tahu aku kalau mama tiba- tiba sakit
dan nyawanya tidak bisa tertolong, sungguh aku merasa menyesal telah
meninggalkan mama.
Aku
segera pulang dan ketika aku sampai dirumah mama sudah dibalut kain kafan,
betapa aku sedih melihat mama kaku tidak berdaya. Yang buat aku tak kuasa
menahan air mata adalah ketika mama dimasukan ke liang itu, darahku yang
mengalir seakan mengikuti arus kubur. Saat nisan itu ditancapkan aku sudah
lemas dan akhirnya tak sadarkan diri pada saat itu, sungguh waktu itu ayah
merasa terpukul melihat kepergian istrinya dan juga melihat aku lemah tak berdaya. Sejak saat itulah aku dan ayah
mencoba tegar dan sabar, akan selalu ku ingat pesan mama.
ketika
aku turun dari panggung setelah selesai membawakan lagu kedua itu, ayah memeluk
aku dengan penuh kasih sayang, ayah bagaikan malaikat buat aku setelah
kepergian mama. Setelah acara wisuda selesai akhirnya aku mengajak ayah pergi ke makam mama dengan busana kebaya yang
masih berbalut ditubuhku,
“ Mah,
lihat kan aku pakai kebaya mama ??, aku cantik kan seperti mama ??, lihat aku
mah, aku memakainya .” bisikku sambil menangis.
“putri, kalau kamu nangis mama pasti sedih
melihatnya, senyum ya nak, ayah selalu menjaga kamu”, ucap ayah sambil mendekap
aku,. kini aku bahagia karena permintaan mama sudah aku penuhi.
Adelina Sanusi
0 komentar:
Posting Komentar